Sabtu, 21 November 2009

Rindu air

Ia sudah lama menjadi air yang genang dijalan lengang itu.dulu ketika musim belum temabaga,sering ia singgah pada kuncup,kolam atau batuan dibatang air,ia lihat rumput yang menjulur kaki,ia pahami akar tua yang membenam wajah,dan semua ranting dan daun yang luruh.ia dengar bisikan angina pada matahari,pada malam dan pada waktu.
Ia pernah jatuh pada atap.ia pernah membiak pada sajak,ia pernah berumah pada mata dan pada akuarium di jantung lelaki penyamun cinta yang ranum,pada atap ia pecah dari bongkah demi basah.pda sajak ia mangendap mabuk arak.pada mata ia kelindan lara dan luka.
Pada jantung ia gelembung cinta yang larung.

Kini ia rindu pada atap,sajak,mata ,dan jantung.kadang ingin sekali ia bias merinduka dirinya bebagai hujan.sekedar isi pada separuh terpurung yang menampung,yang berserak ditepian lengang sebuah halaman.kadang,ketika malam ingin sekaili ia dating sebagai atap,sajak,mata atau jantung yang menggenang di ingatan murung

kutipan dari : tiara anisa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar